Pengantin Malang Keprabon dengan segala tata cara upacaranya sangatlah unik dan memiliki nilai budaya tinggi. Berdasarkan penelitian dari peninggalan candi-candi Jawa Timur dan seputar kota Malang, seperti Candi Jago Tumpang, Candi Badut peninggalan Raja Gajayana dan Candi Singosari dengan Raja Kertanegara dan Kendedes-nya yang terkenal anggun dan cantik, tata rias dan upacara pengantin Malang Keprabon berorientasi pada kebudayaan Hindu-Jawa pada umunya dan khususnya Jawa Timur. Namun pada perkembangannya, di masa kini profesi pernikahan tersebut diwarnai pula oleh ajaran Islam.
Mlapati
Mlapati adalah mencari calon jodoh untuk sang putra. Pada zaman lampau, pada tahap ngetepi ini, biasanya dilakukan pada saat sedang berlangsung suatu perayaan atau upacara adat Keraton. Misalnya acara mantu, ulang tahun penobatan Raja dan sebagainya. Biasanya para putra putri turut serta menghadirinya.
Apabila suatu saat telah menemukan gadis yang dirasa cocok untuk dijodohkan dengan sang putra, maka segera dilakukan penelitian melalui utusan untuk mengetahui asal-usul dan data lengkap dari sang gadis tersebut. Bila sudah cocok, maka segera dilakukan acara nontoni
Ngetukake Balung Pisah/ Nontoni
Ngetukake Baluh Pisah/ Nontoni adalah menyaksikan dari dekat calon mempelai yang telah di temukan sebagai calon jodoh sang putra. Apbila dalam acara nontoni ini telah mendapat kesepakatan dari keluarga calon mempelai pria, maka segera dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni melamar, ter-kecuali kalau hal ini suatu 'anugrah' atau 'triman' dari Raja, haruslah di terima dengan senang hati.
Melamar
Melamar, mengajukan permohonan secara tertulis, disebut 'surat lamaran' yang dibuat oleh pihak calon mempelai pria yang ditujukan kepada pihak calon mempelai wanita melalui suatu utusan. Yang diutus atau yang melaksanakan ialah saudara yang lebih tua dari ayah atau ibu. Kalau dikabulkan, maka segera diadakan pembicaraan mengenai penentuan harinya.
Sebagai tanda menerima, keluarga calon mempelai wanita mengadakan kunjungan balasan sekaligus menyampaikan bahwa lamaran tersebut diterima.
Peningsetan
Menindak lanjuti acara melamar sebagai tanda pinangan, keluarga calon mempelai pria datang dengan membawa barang hantaran dan menyerahkan barang-barang tertentu sebagai tanda meminang.
Arak-arakan ini disaksikan oleh kedua belah pihak beserta keluarga dan kerabat handai taulan. Maka resmilah acara peningsetan sebagai tanda ikatan bahwa sang putri sudah ada yang meminang.
Penentuan Hari
Kedua belah pihak menentukan hari baik untuk pernikahan putra-putri. Dalam mencari penentuan hari sangat diutamakan, karena mengharap kesejahteraan dan keselamatan bagi kedua calon mempelai. Dalam mencari hari baik, menghindari hari tali wangke dan hari sampar wangke (hari naas).
Pasang Terob
Terob, didirikan 7 hari sebelumnya atau menurut hari baik. Bahannya terbuat dari daun nipah (daun kelapa yang dianyam untuk atap) dan bambu untuk tiang-tiangnya. Kalau terob sudah jadi sekitar atap. diberi hiasan berupa janur. Setelah terp jadi, pada kanan kiri pintu masuk dipasang tuwuhan yang terdiri dari :
- Sebelah kanan : satu batang pisang raja yang masih lengkap dengan satu tandan beserta jantungnya, satu tandan beserta jantungnya, satu jenjang cangkir gading, tebu wulung, daun kluwih,daun alng-alang, daun beringin, daun apo-apo, untaian padi, dan untaian jagung.
- Sebelah kiri : satu batang pisang gajih yang masih lengkap dengan satu tandan beserta jantungnya, satu janjang kelapa hijau, tebu eulung, daun kluwih, daun alng-alang, daun bringin, daun apo-apo, untaian padi, dan dan untaian jagung.
- Makna pelambang (arti hiasannya) : Pisang raja : supaya hidup kelak berbahagia seperti raja. Pisang gajih : supaya hidup bisa berhasil. Cengkir : kenceng ing pikir (tegas dalam memikirkan sesuatu). Kelapa hijau : lambang kesembuhan, karena airnya dapat digunakan sebagai obat penawar. Tebu : anteping kalbu (ketetapan hati). Padi dan jagung : pangan (makanan pokok). Daun kluwih : linuwih (serba tahu/ serba lebih). Daun alang-alang tanpa halangan. Daun apo-apo : tidak ada apa-apa. Janur, nur : cahaya, supaya calon pengantin mempunyai cahaya yang mempesona. Beringin : Lambang pengayoman.
Pingitan
Lebih kurang 7 hari sebelum akad nikah, calon pengantin wanita dipingit di dalam keputren, dan tidak diperkenankan berhias atau memakai perhiasan. Hari pingitan ini dilambangkan sebagai hari puasa. Sebaiknya calon pengantin memakai lulur agar nanti bila saatnya tiba, wajahnya akan bercahaya (bhs.Jawa:manglingi). Lebih baik lagi kalau calon pengantin wanita mau berpuasa. Karena hikmah puasa dapat menahan diri/ sabar, tidak mudah tergoda/ cobaan-cobaan, dan untuk mendapatkan ridho Allah SWT, agar hidup bahagia.
Upacara siaraman dilaksanakan sehari sebelum hari nikah. Maksudnya, untuk mensucikan salon pengantin, baik jasmani maupun rohani. Waktu siraman dilakukan antara pukul 11.00 yang memandikan adalah para pini sepuh yang masih genap (suami istri) dan sejahtera hidupnya, didahului oleh Bapak dan Ibu pengantin. Maksudnya , agar dapat mewariskan kebahagiaan kepada calon pengantin. Yang memandikan berjumlah ganjil, dan yang terakhir juru rias mengguyur dengan air kendi, lalu kendi tersebut dipecahkan. Setelah upacara siraman selesai, dilanjutkan dengan meratus rambut.
Perlengkapan siraman : kembang pudak, kembang sundel, kembang kenongo, kembang locari kuning/ gadung, kembang locari putih, kembang regulo putih, kembang regulo abang, kembang cepiring, daun pandan, air tawar diambil dari tujuh sumber, mangir untuk menghaluskan kulit, kendi berisi air suci, sajen siraman, handuk dan pakaian untuk ganti
Pelaksanaan siraman : calon pengantin melaksanakan sungkem kepada kedua orang tua. Calon pengantin di bimbing oleh kedua orang tua menuju ketempat siraman.
Doa siraman : Niat ingsun nyirame sejatine Sanghyang Tunggal, Rogo sejatine jabang bayine (calon pengantin), dadi Ratu ing Buono, Sun Siram nganggo kembang Tirtosari sarine Bopo Bumi-Pertiwi, ya ingsun putro Adam soko sih panguasane Gusti Kang Murbeng Tuwuh. Ngilangi gondo kang ala dadi becik, Rupa kang ala dadi becik Rahayu-Rahayu-Rahayu saking daya kersane Gusti.
Doa pecah kendi/ pecah pamor : Sun nyalami Kaki among lan Nini among kan ngemong awal tumekane akhir. Jabang bayine Rogo-Sejati. Sejati-urip. Kaguangane Gusti Kan Moho Agung. Lamun ono lir sembikolo nyandung kembang cempoko sarining kamulyan. Krente pangucape Roso: Sing cumlorong jabang bayine. Tong galitong wong sa'buono pada pitong, sinkaton Asri kaya Dewi Sri mung jabang bayine.
Meratus Rambut
Maksud dari meratus rambut ialah mengeringkan rambut dan memberi aroma harum pada rambut. Yang meratus rambut juru rias selama kurang lebih dari 15 menit.
Ngetepi (Ngerik)
Ngetepi (ngerik), menghilangkan bulu kuduk (bulu kalong) dan menghilangkan bulu-bulu pada wajah yang masih melekat, supaya bersih (terhindar dari gangguan/ menghilangkan suker)
Manggulan
Manggulan merupakan malam tirakatan dan malam terakhir bagi calon pengantin putri sebagai gadis perawan. Calon pengantin dirias sederhana dan memakai sanggul. Calon pengantin duduk didalam kamar ditemani sanak keluarga dan para pinisepuh untuk memberi doa restu agar pelaksanaan ijab/nikah dan tamu pengantin tidak ada aral melintang. Pakaian yang dikenakan adalah kain panjang gringsing kebaya berenda malangan.
Tebusan kembar Mayang
Acara ini dilaksanakan secara sim-bolis sekitar pukul 10 malam. Bapak dan ibu telah duduk di pelaminan yang telah disediakan. Calon pengantin yang telah disediakan. Calon pengantin diiringkan dua perawan snthi untuk sungkem menghadap Bapak dan Ibu. Calon pengantin minta bebono (permintaan) kepada kedua orang tua nya; dia mau dikawinkan kalau dibawakan bunga wijaya kusuma (bunga Dewo Ndaru). Kemudian Bapak calon pengantin menugaskan kepada dua orang (Bapak-Ibu) yang hidupnya mencapai kebahagiaan untuk mencarikan bunga permintaan putrinya.
Pergilah kedua orang tersebut menemui Kama Jaya dan Kama Ratih untuk meminjam bunga Dewo Ndaru. Setelah diperolej bunga tersebut, kedua perawan sunthi menggendong bunga Dewo dengan selendang pati. Setelah sampai, kedua utusan sowan kepada Bapak dan Ibu calon pengantin, bahwa usahanya mencari sepasang bunga Dewo Ndaru (sepasang kembang mayang) telah berhasil. Kemudian sang putri dipanggil, disuruh mengamati apakah bunga itu yang di kehendaki? Sang putri mengatakan, inilah bunga yang di inginkan.
Kemudian sang Bapak mengatakan, apa tidak ada yang kurang? dengan wajah berseri sang putri mengatkan, tidak ada yang kurang. Kemudian ditutup dengan tembang dandang gulo.
Dua pasang kembar mayang ditaruh didepan pelaminan dan tidak boleh dipindah-pindah sampai saat hari bertemu pengantin.
(Rapak dan Ijab/Nikah)
Sebelum upacara ijab nikah dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan rapak, yang pelaksanaannya bersama-sama dengan waktu ijab. Yang hadir dalam upacara ini : penghulu (sebagai wakil pemerintah), kedua calon mempelai pengantin, dua saksi dari keluarga pengantin pria dan pengantin wanita (yaitu orangtua atau bila orangtua tidak ada, yang menjadi wali saudara laki-laki).
Pakaian yang dikenakan mempelai putri adalah kain panjang motif kawung kebaya malangan berenda warna putih. Dan mempelai pria mengenakan celana tumpal malangan, dodat kawung baju taqwo malangan putih, udeng kawung.
Upacara temu ini dilaksanakan pada waktu sesudah maghrib, mengambil waktu surup, karena mempunyai makna antara siang dan malam. Tempat untuk temu di tengah-tengah pintu dibawah talang.
Urutan acara temu :
- Tukar kembang mayang, tukar pengasih, injak telor, minum air wening oleh ibu pengantin putri, kliteran dengan angka 8 : kedua mempelai pengantin bergandengan dengan jari klingking kanan pengantin putri, sedang pengantin putra dengan kelingking tangan kiri. Lalu, duduk di pelaminan diiringi oleh kedua orangtua pengantin.
- Asok Koyo : yaitu wajib memberikan nafkah kepada istri, dengan menuangkan beras kuning, uang recehan dan bunga boreh dimasukan kedalam kantong kuning motif tumpal malangan. Diterima oleh pengantin putri dengan kacu warna sama dengan kantongan.
- Dahar Nasi Punar (nasi kuning) : kedua pengantin saling menyuap yang berarti dalam kehidupan kelak, suka dan duka dirasakan berdua. Nasi kuning dihias dengan janur dan diberi lauk-pauk/
- Sungkeman kepada orangtua pengantin.
- Iringan gendang pada upacara ngarak dan temu pengantin : senenan (ngarak pengantin), dhendho (temu pengantin), cincing guling (kirab), dan ketawang tengger (upacara di pelaminan)
Resepsi
Pemberian doa restu kepada kedua mempelai pengantin dan kepada kedua orangtua mempelai sembari beramah-tamah
Kotaku bangkitlah dengan galian sejarahmu...lestarikan
majulah malang kotaku denga budayamu,,bangkitt
"izin share ya admin :)
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Line : agen365
WA : +855 87781483 :)
Silakan di add ya contaknya dan Bergabung juga ya :)"
Semoga budaya asli Indonesia tidak pernah pudar